Friday, 23 February 2018

ASFIKSIA NEONATORUM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Asfiksia merupakan penyebab kematian 19% luaran BBL akan lebih baik, 10% BBL memerlukan sebagian tindakan resusitasi 1% memerlukan resusitasi lengkap. Walaupun tidak semua, kebanyakan resusitasi BBL dapat diantisipasi. Penting untuk menilai faktor resiko intra dan anterpartum yang berhubungan dengan kbutuhan resusitasi. (Sudarti, 2013 : 63).
Menurut Sudarti, Setiap persalinan diakhiri paling sedikit satu tenaga yang bertanggung jawab pada bayi dan dapat memulai tindakan resusitasi. Petugas tersebut harus mampu melakukan resusitasi dengan lengkap. Jika telah diketahui kemungkinan kebutuhan resusitasi yang kompleks maka cari petugas lain yang diperlikan dikamar bersalin sebelum persalinan dan siapkan peralatan resusitasi sebelum persalinan.
Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat. (Asril, Aminullah, 1994).
Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127 institusi pada 16 negara—baik negara maju ataupun berkembang—menunjukkan bahwa sarana resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil dalam resusitasi bayi. Sebuah penelitian di 8 negara. (Asril, Aminullah, 1994 : 34).

1.2  Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan pengertian Asfiksia Neonatorum ?
b.      Menjelaskan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi Asfiksia  Neonatorum ?

1.3  Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui pengertian Asfiksia Neonatorum dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi Asfiksia Neonatorum.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum ialah keadaaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan leh hispoksia janin dalam uterus dan hispoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2005 : 709).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Bagus Gde Manuaba, Ida, 1998 : 319)
Asfiksia neonatrum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan asidosis. (jitowiyono, sugeng dkk, 2011 : 71).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder). (Sudarti, 2013 :64).

2.2 Faktor yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bayi Asfiksia  Neonatorum
Menurut Prawiro Hardjo Sarwono, Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujaun mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia. Faktor-faktor tersebut ialah
Ø  Etiologi dan faktor predisposisi
     Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta traspor O2 dari ibu ke janin sehingga terapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun kibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
     Ganggaun menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada keadaan keadaan terakhir ini pengaruh ehadap janin disebabkan leh gangguan oksigenisasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.
     Menurut Sudarti,  Adapun Gejala dan tanda asfiksia adalah :
·         Tidak bernafas atau nafas megap-megap atau pernafasan lambat (kurang dari 30 x permenit)
·         Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi ( pelekukan dada )
·         Tangisan lemah atau merintih
·         Warna kulit pucat atau biru ( tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai )
·         Denyut jantung tidak ada atau lambat ( bradikardia ) ( kurang dari 100 x permenit)
     Faktor-faktor ang timbul dalam persalianan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibtkan anoksia atau hipoksiabjanin dan berakhir dengan asfiksia bayi. Keadaan ini perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir. Faktor-faktr yang mendadak ini terdiri atas :
a.       Faktor-faktor dari pihak janin, seperti
                                                1.)     Gangguan aliran darah dakam tali pusat karena tekanan tali pusat
                                                2.)     Defresi pernapasan karna obat-bat anestsia/analgetika yang diberikan kepada ibu, perdarahan intracranial,dan kelainan bawaan (hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hypoplasia paru-paru, dll).
b.      Faktor-faktor dari pihak ibu, seperti :
                                                1.)     Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani
                                                2.)     Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada plasenta previa
                                                3.)     Hipertensi pada eklampsia
                                                4.)     Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plassenta
Ø  Gangguan homeostatis
     Perubahan pertukaran gas dan transfor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenisasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel . Gangguan fungsi ini dapat ringan serta sementara atau menetap. Tergantung dari perubahan homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoksia yang diderita. 

Ø  Diagnosis
     Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia  janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.Tiga hal perlu mendapat perhatian yaitu:
a.       Denyut jantung janin
          Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit , selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula, peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya , akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit diluar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tandda bahaya.Dibeberapa elektrokardiograf janin digunakan untuk terus menerus mengawasi keadan denyut jantung dalam persalinan.
b.      Mekonium dalam air ketuban
          Mekonium pada presentasi sunsang tiak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya meknium dalam air ketuban pada presentassi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c.       Pemeriksaan PH darah janin
          Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh dari darah janin. Darah ini diperiksa ph-nya.Adanya Asidosis menyebabkan turunnya ph apabila Ph itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
          Diagnosis gawat janin untuk dapat menyelamatkan dan dengan demikian membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal.Selain itu kelahiran bayi yang tela menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum,sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut.jika terdapat asfikia,tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitsi yang sempurna.untuk hal ini diperlukan cara penilaian afgar, nilai Afgar mempunyai hubungan erat dengan beratnya asfiksia dan biasanya dinilai satu menit dan lima menit setelah bayi. Angka ini penting artinya karena dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi yang akan dikerjakan.

Ø  Resusitasi Bayi
     Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam resusitasi, prinsip dasar yang perlu di ingat ialah :
1.      Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap bebasnya jalan napas
2.      Memberikan bantuan pernafasan secara aktif kepada bayi dengan usaha pernapasan buatan
3.      Memperbaiki asidosis  yang terjadi
4.      Menjaga agar peredaran darah tetap baik

Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan :
a.       Tindakan umum
          Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.setelah setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan yang baik.harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari tubuhnya .Penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.
          Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran pernapasan bagian atas segera dilakukan . Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan napas , spasmus laring , atau kolaps paru-paru. Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernapas, rangsangan terhaadapnya harus segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon acchiless, atau pada bayi-bayi tertentu diberi suntikan vitamin K.
b.      Tindakan khusus
          Tindakan dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi , yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya nilai Apgar.
1.    Asfiksia berat ( nilai apgar 0-3 )
                  Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan intubasi endrotrakeal dan setelah katetet dimasukkan kedalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara yang telah diperkaya dengan O2 melalui kateter tadi. Untuk mencapai tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan kekuatan kurang lebih 1/3  – ½ dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
            Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberi hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara semestinya, adannya gangguan orgaanik seperti hernia diagragmatika, atresia atau stenosis jalan napas, dan lain-lain
2.      Asfiksia ringan-sedang ( nilai Apgar 4-6 )
            Disini dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan reflex pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik setelah penilaian menurut apgar 1 menit. Bila pernapasan tidak timbul, pernapasan buatan harus segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodong ( frog brathing ) . Cara ini dikerjakan dengan memasukkan pipa kedalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengn kepala  dalam dorsofleksi . Secara teratur dilakukan gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut dengan disertai menggerakkan dagu keatas dan kebawah dalam frekuensi 20 kali semenit.
            Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
c.       Tindakan lain-lain dalam resusitasi
          Pengisapan cairan lambung hanya dilakukan pada bayi-bayi tertentu untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya regurgitasi dan aspirasi, terutama pada bayi yang sebelumnya menderita gawat-janin, yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat-obat analgesia/anesthesia dalam persalinannya, bayi premature dan sebagainya.
          Tentang penggunaan obat-obat analeptic seperti lobelin, koramin, vandid,dan lain-lain dewasa ini tidak diberikan lagi dan asfiksis berat bahkan merupakan kontraindikasi untuk penggunaannya . Nalorphin merupakan obat satu-satunya yang dapat diberikan pada bayi apabila asfiksia yang terjadi disebabkan oleh penekanan pernafasan akibat morfin atau pethidin dan obat-obat berasal dari golongan itu yang diberikan pada ibu selama persalinan.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari hasil makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Asfiksia neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitative.
Menurut Sudarti, Setiap persalinan diakhiri paling seikit satu tenaga yang bertanggung jawab pada bayi dan dapat memulai tindakan resusitasi. Petugas tersebut harus mampu melakukan resusitasi dengan lengkap. Jika telah diketahui kemungkinan kebutuhan resusitasi yang kompleks maka cari petugas lain yang diperlikan dikamar bersalin sebelum persalinan dan siapkan peralatan resusitasi sebelum persalinan.

3.2  Saran
     Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pemberian obat anti diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu.



                                                           DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Asril.1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.  
Bagus Gde Manuaba, Ida.1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC: Jakarta.
Prawiro Hardjo, Sarwono. 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Sudarti. 2013, Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Sunday, 4 February 2018

Metabolisme Karbohidrat, Protein Dan Kelainanan Bawaan Pada Metabolisme Karbohidrat






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Makhluk hidup pasti melakukan metabolisme dalam hidupnya. Siklus metabolisme ini terdiri atas pembentukan ataupun penguraian. Pembentukan senyawa yang sederhana menjadi senyawa yang lebih kompleks dengan menggunakan energi disebut sebagai anabolisme, sedangkan mtabolisme yang merombak zat simpan (karbohidrat) dan menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas disebut dengan katabolisme. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia dimana terjadi proses pembentukan zat makanan atau energi simpanan yaitu glukosa yang dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Sedangkan respirasi adalah bagian tak terpisahkan dalam siklus metabolisme makhluk hidup.
Respirasi merupakan suatu proses dimana energi yang disimpan dalam bentuk karbohidrat, lemak dan protein diubah menjadi energi ATP untuk dapat melakukan kegiatan misalkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang bersangkutan. Bila fotosintesis dan respirasi terganggu maka itu artinya seluruh siklus metabolisme tidak akan terjadi dengan baik. Apabila respirasi tidak berlangsung maka tidak akan terjadi pertumbuhan, selain itu energi juga tidak dihasilkan untuk dapat mengadakan pembentukan zat simpan misalkan pada fotosintesis. Mengingat pada pentingnya peran keduanya berkaitan dengan metabolisme pada tanaman budidaya, maka kita harus terus mengembangkan pembahasan terkait fotosintesis dan respirasi. Dengan harapan akan ditemukan cara untuk meningkatkan efisiensi dari metabolisme sehingga dengan substrat yang sedikit dapat menghasilkan energi yang maksimal dan mendukung pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini, yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud dengan Metabolisme Karbohidrat ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Metabolisme Protein ?
3.      Sebutkan apa saja Kelainan Bawaan pada Metabolisme Karbohidrat?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan dari makalah ini, yaitu :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Metabolisme Karbohidrat
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Metabolisme Protein
3.      Untuk mengetahui apa saja Kelainan Bawaan pada Metabolisme Karbohidrat
4.      Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Dasar Perkembangan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara.
Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari gula sederhana inmi kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada dua jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati. Pati adalah bentuk simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik (ikatan antara gugus hidroksil atom C nomor 1 pada molekul glukosa dengan gugus hiodroksil atom nomor 4 pada molekul glukosa lain dengan melepas 1 mol air). Polisakarida nonpati membentuk struktur dinding sel yang tidak larut dalam air. Struktur polisakarida nonpati mirip pati, tapi tidak mengandung ikatan glikosidik. Serelia, seperti beras, gandum, dan jagung serta umbi-umbian merupakan sumber pati utama di dunia. Polisakarida nonpati merupakan komponen utama serat makanan.

2.1.1   Jenis-jenis Karbohidrat

A.      Karbohidrat Sederhana

Karbohidrat sederhana terdiri dari beberapa macam, diantaranya :
Ø  Monosakarida
 Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukods, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut. Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro (D). gugus hidroksil ada karbon nomor 2 terletak di sebelah kanan. Struktur kimianya dapat berupa struktur terbuka atau struktur cincin. Jenis heksosa lain yang kurang penting dalam ilmu gizi adalah manosa. Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut pentosa.

Ø  Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi.
Glukosa  merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa  merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.

Ø  Fruktosa
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis.

Ø  Galaktosa
Fruktosa tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.

Ø  Manosa
Manosa jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.

Ø  Pentosa
Pentosa merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya sangat kecil, sehingga tidak penting sebagai sumber energi.

Ø  Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa, dan trehaltosa. Trehaltosa tidak begitu penting dalam milmu gizi, oleh karena itu akan dibahas secara terbatas. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi. kedua monosakarida saling mengikat berupa ikatan glikosidik melalui satu atom oksigen (O). ikatan glikosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 dan membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekul air. hanya karbohidrat yang unit monosakaridanya terikat dalam bentuk alfa yang dapat dicernakan. Disakarida dapat dipecah kembali mejadi dua molekul monosakarida melalui reaksi hidrolisis. Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida; monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa.
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari keuda macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh- tumbuhan bila benih atau bijian berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lain.
Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gila jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa juga terdapat dalam serangga.

Ø  Gula Alkohol
Gula alkohol terdapat di dalam alam dan dapat pula dibuat secara sintesis. Ada empat jenis gula alkohol yaitu sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol.
Sorbitol, terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Enzim  aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat dilihat di bawah.Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan diubah di dalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah lebih kecil daripada sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat menyebabkan diare pada pasien diabetes.
Manitol dan  Dulsitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdfapat dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia.
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Rafinosa, stakiosa, dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga jenis oligosakarida ini terdapat du dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah oleh enzim-enzim perncernaan. Fruktan adalah sekelompok oligo dan polisakarida yang terdiri atas beberapa unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan terdapat di dalam serealia, bawang merah, bawang putih, dan asparagus. Fruktan tidak dicernakan secara berarti. Sebagian ebsar di dalam usus besar difermentasi.

B.       Karbohidrat Kompleks    
       
Karbohidrat Kompleks memiliki beberapa macam, diantaranya :

Ø  Polisakarida
Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati.
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain, bergantung jenis tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu sama lain dengan karakteristik tersendiri dalam hal daya larut, daya mengentalkan, dan rasa. Amilosa merupakan rantai panjang unit glukosa yang tidak bercabang, sedangkan amilopektin adfalah polimer yang susunannya bercabang-cabang dengan 15-30 unit glukosa pada tiap cabang.
Dekstrin merupakan produk antara pada perencanaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan sumber utama karbohidrat dalam makanan lewat pipa (tube feeding). Cairan glukosa dalam hal ini merupakan campuran dekstrin, maltosa, glukosa, dan air. Karena molekulnya lebih besar dari sukrosa dan glukosa, dekstrin mempunyai pengaruh osmolar lebih kecil sehingga tidak mudah menimbulkan diare.
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidrat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan dalam otot dan selebihnya dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh. Kelebihan glukosa melampaui kemampuan menyimpannya dalam bentuk glikogen akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan lemak.

Ø  Polisakari dan Nonpati/Serat
Serat akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya dalam mencegah berbagai penyakit. Ada dua golongan serat yaitu yang tidak dapat larut dan yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pektin, gum, mukilase, glukan, dan algal.
Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hampir lebih dari 20.000 unit molekul monosakarisa terutama glukosa. Di dalam ilmu gizi, jenis karbohidrat kompleks yang merupakan sumber utama bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh manusia adalah pati (starch).
Pati yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan ini berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-50 nm. Dan di alam, pati akan banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga terkandung di dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi. Di dalam berbagai produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa (amylose) dan amilopektin (amylopectin). Amilosa merupakan polimer glukosa rantai panjang yang tidak bercabang sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan yang bercabangcabang. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan dimana produk pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.

2.1.2   Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu.

2.1.3    Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
Ø  Sumber Energi
Ø  Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan
Ø  Penghemat Protein
Ø  Pengatur Metabolisme Lemak
Ø  Membantu Pengeluaran Feses

2.1.4   Proses Metabolisme Karbohidrat
Ø  Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan) adalah lintasan yang digunakan pada sintesis senyawapembentuk struktur dan mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.
Ø  Lintasan katabolik (pemecahan) adalah Lintasan yang meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas, biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.
Ø  Lintasan amfibolik (persimpangan) adalah Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik.Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat (Siklus Kreb).

2.1.5   Jalur-jalur Metabolisme Karbohidrat
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis. Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut :
Ø  Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
Ø  Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
Ø  Asetil KoA masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
Ø  Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah, melainkan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
Ø  Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
Ø  Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.

2.1.6   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Karbohidrat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat, diantara :
Ø  Metabolisme tidak bisa diubah, tapi bisa dipengaruhi.
Seseorang tidak bisa mengontrol metabolisme secara langsung, tapi seseorang dapat mengontrol makanan apa saja yang dikonsumsi, berapa jumlahnya dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Ø  Tingkat metabolisme setiap orang berbeda-beda.
BMR adalah mengukur berapa banyak kalori yang dibakar saat tidak melakukan apa-apa, kondisi ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tinggi dan berat badan, genetik, massa otot dan faktor lingkungan.
Ø  Olahraga meningkatkan metabolisme
Pada dasarnya semakin aktif seseorang maka akan semakin banyak kalori yang dibakar, hal ini menunjukkan bahwa olahraga akan mempengaruhi kemampuan metabolisme tubuh.
Ø  Massa otot yang besar berarti metabolismenya cepat.
Massa otot bisa membuat seseorang menjadi kuat sehingga mambantu membakar kalori. Beberapa studi telah menemukan bahwa ketika latihan kekuatan untuk meningkatkan massa otot ditambakan dalam rutinitas olahraga mingguan bisa mendorong laju basal metabolisme.
Ø  Tidur yang cukup akan menyehatkan metabolisme.
Sebuah studi yang dilakukan University of Chigago menemukan ketika seseorang tidak cukup tidur akan mengganggu sistem endokrin tubuh, termasuk metabolisme. Kondisi ini akan mempengaruhi kadar gula darah dan proses penyimpanan energi di dalam tubuh.

2.2  Metabolisme Protein dan Asam Amino
Protein dibuat dari sejumlah besar asam amino yang dirangkai membentuk rantai oleh ikatan peptida yang menghubungkan gugus amino dengan gugus karboksil di asam amino berikutnya. Selain itu, beberapa protein mengandung karbohidrat (glokoprotein) dan lemak (lipoprotein). Rantai asam amino yang lebih kecil disebut peptida atau polipeptida. Batas antara peptide, polipeptida, dan protein tidak jelas. Secara umum rantai mengandung 2-10 residu asam amino disebut peptide, rantai yang mengandung lebih dari 10 tetapi kurang dari 100 residu asam amino disebut polipeptida, dan rantai yang mengandung 100 atau lebih residu asam amino disebut protein. Istilah “oligopeptida”, yang dipakai oleh ahli lain untuk menyebutkan peptida kecil, tidak digunakan.
Urutan asam amino di dalam rantai peptide disebut struktur primer suatu protein. Rantai-rantai tersebut tergulung-gulung dan berlipat-lipat sangat kompleks, dan istilah struktur sekunder suatu perotein adalah susunan spasial (ruang) yang dihasilkan oleh gulungan dan lipatan tersebut. Suatu struktur sekunder yang umum adalah suatu lilitan teratur dengan 3,7 residu asam amino per lilitan (α-heliks). Struktur sekunder umum lainnya adalah lembaran-β. Akan terbentuk lembaran-β yang antiparalel, jika rantai polipeptida yang terjulur saling melipat bolak-balik dan terdapat ikatan hydrogen di antara ikatan peptida di rantai yang bersebelahan. Juga terdapat lembaran-βparallel antara rantai-rantai polipeptida
Struktur tersier suatu protein adalah susunan ranta-rantai yang tergulung menjadi lapisan, Kristal, atau serat. Banyak molekul protein terbentuk dari subunit-subunit (mis. hemoglobin) dan istilah struktur kuatener digunakan untuk menyebutkan susunan subunit-subunit tersebut.

2.2.1   Macam-Macam Protein
Protein terdiri dari beberapa macam, diantaranya :
Ø  Peptide: 2 – 10 asam amino
Ø  Polipeptide: 10 – 100 asam amino
Ø  Protein: > 100 asam amino
Ø  Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide
Ø  Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein
Ø  Lipoprotein: gabungan lipid dan protein

2.2.2    Transport Protein
Transport protein terdiri dari :
Ø  Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino → masuk darah
Ø  Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan
Ø  Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan enzim)
Ø  Hati merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein

2.2.3    Penggunaan Protein Untuk Energi
Penggunaan protein untuk energi, yaitu :
Ø  Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak
Ø  Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi atau transaminasi
Ø  Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino
Ø  Transaminasi: proses perubahan asam amino menjadi asam keto

2.2.4    Pemecahan Protein
Pemecahan protein terdiri dari 2 macam, yaitu :
Ø  Transaminasi :
Alanin + alfa-ketoglutarat → piruvat + glutamat
Ø  Diaminasi :
ü  Asam amino + NAD+ → asam keto + NH3.
ü  NH3 → merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal → harus diubah dahulu jadi urea (di hati) → agar dapat dibuang oleh ginjal EKSKRESI NH3.
ü  NH3 → tidak dapat diekskresi oleh ginjal.
ü  NH3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati.
ü   Jika hati ada kelainan (sakit) → proses perubahan NH3 → urea terganggu → penumpukan NH3 dalam darah → uremia.
ü  NH3 bersifat racun → meracuni otak → coma.
ü  Karena hati yang rusak → disebut Koma hepatikum
 Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein → zat yang dapat masuk kedalam siklus Krebs.
  Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat.

2.2.5   Proses Metabolisme Protein
Proses dalam metabolisme protein, yaitu :
Ø  Proses dekarboksilasi (Decarboxylation Process) – Memisahkan gugusan karboksil dari asam amino, sehingga terjadi ikatan baru yang merupakan zat antara yang masih mengandung N.
Ø  Proses transaminasi (Transamination Process) – Pemindahan gugusan asam amino (NH2) dari suatu asam amino ke ikatan lain yang biasanya asam keton sehingga terjadi asam amino.
Ø  Proses deaminasi (Deamination Process) – Memisahkan gugusan amino (NH2) dari suatu asam amino. Biasanya diikuti produksi asam alfa keto yang bila dioksidasi sempurna menjadi CO2+H2O atau disintesa menjadi aseto asetat mengikuti metabolisme asam lemak.

2.3  Kelainan Bawaan pada Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang mempunyai jenis-jenis beragam diantaranya glukosa, sukrosa dan fruktosa. Beberapa jenis KH tersebut dalam tubuh harus dimetabolisme (dipecah) sebelum digunakan tubuh. pemecahan karbohidrat memerlukan sebuah enzim. Kelainan Metabolisme karbohidrat biasanya karena ketidak mampuan tubuh memiliki enzin pemecah Beberapa jenis karbohidrat tersebut sehingga KH yang akan terpecah dalam tubuh tidak dapat ter-Metabolisme.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme. Karbohidrat adalah gula. Beberapa gula sederhana, dan lainnya lebih kompleks. Sukrose (gula meja) dibuat dari dua gula yang lebih sederhana yaitu glukosa dan fruktosa. Laktose (gula susu) terbuat dari glukosa dan galaktose. Baik sucrose maupun laktose harus dipecahkan ke dalam gula pembentuknya dengan enzim sebelum badan bisa menyerap dan memakai mereka. Karbohidrat pada roti, pasta, padi, dan makanan lain yang berisi karbohidrat adalah rangkaian panjang molekul gula sederhana. Molekul ini yang lebih panjang juga harus dibongkar oleh tubuh. Jika enzim yang diperlukan untuk mengolah gula tertentu hilang, gula bisa menumpuk di badan, menyebabkan masalah.

Ada Beberapa Kelainan Bawaan pada Metabolisme Karbohidrat, yaitu :

Ø  Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom(kumpulan gejala) yang timbul karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik absolute maupun relatif, dimana penyakit ini merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Patofisiologisnya, manusia butuh energi yang berasal dari bahan makanan yang mengandung KH,Protein dan Lemak dan diolah (proses metabolisme). Untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan diproses sehingga bias digunakan sebagai energy dibutuhkan hormone insulin. Hormon insulin berfungsi: mengubah glukosa menjadi glikogen, mengubah glikogen menjadi energi dan sebagai aktifator enzim glikogen pada sintesa dalam glikogenesis. Beberapa hal yang menyebabkan produksi/kerja insulin berkurang adalah kemampuan pancreas kurang sejak lahir, kerusakan pankreas, dan produksi yang berlebihan dari hormon-hormon yang secara faali mempunyai sifat melawan insulin seperti tiroid dan kortison. Pada penderita Diabetes Mellitus terjadi kekurangan hormone insulin,yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah.
Ø  Galaktosemia 
Kelainan ini disebabkan karena kurangnya enzim yang diperlukan untuk metabolisme galaktosa (gula susu). Kelebihan galaktosa dalam darah akan menumpuk dalam hati, ginjal, dan mata. Gejala-gejala yang mungkin timbul termasuk muntah, sakit kuning, diare, katarak, dan pertumbuhan abnormal. Saran diet terbaik untuk jenis kelainan ini adalah dengan cara menghilangkan produk susu dari diet anak yang terkena dampak.
Ø  Glikogenesis
Glikogenosis (Penyakit penimbunan glikogen) adalah sekumpulan penyakit keturunan yang disebabkan oleh tidak adanya 1 atau beberapa enzim yang diperlukan untuk mengubah gula menjadi glikogen atau mengubah glikogen menjadi glukosa(untuk Glikogenosis digunakan sebagai energi). Pada glikogenosis, sejenis atau sejumlah glikogen yang abnormal diendapkan di dalam jaringan tubuh, terutama di hati.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap contoh jaringan (biasanya otot atau hati), yang menunjukkan adanya enzim yang hilang. Pengobatan tergantung kepada jenis penyakitnya.
Untuk membantu mencegah turunnya kadar gula darah, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dalam porsi kecil sebanyak beberapa kali dalam sehari. Pada beberapa anak yang masih kecil, masalah ini bisa diatasi dengan memberikan tepung jagung yang tidak dimasak setiap 4-6 jam. Kadang pada malam hari diberikan larutan karbohidrat melalui selang yang dimasukkan ke lambung.
Penyakit penimbunan glikogen cenderung menyebabkan penimbunan asam urat, yang dapat menyebabkan gout dan batu ginjal. Untuk mencegah hal tersebut seringkali perlu diberikan obat-obatan. Pada beberapa jenis glikogenesis, untuk mengurangi kram otot, aktivitas anak harus dibatasi.
Ø  Intoleransi Fruktosa Turunan
Kelainan ini terjadi karena kurangnya enzim yang dibutuhkan untuk menghancurkan fruktosa. Dalam gangguan ini, tubuh tidak mampu untuk mencerna atau menggunakan fruktosa yang terdapat pada gula pasir dan beberapa buah-buahan. Gejala-gejala yang mungkin timbul antara lain nafsu makan yang buruk, gagal tumbuh, penyakit kuning, dan muntah. Kelainan ini mungkin menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan hati, kerusakan ginjal, dan kemunduran mental dalam kondisi kronis. Menghindari penggunaan gula pasir adalah satu-satunya jalan keluar untuk mencegah komplikasi yang serius.
Ø  Mucopolysaccharidoses 
Kelainan ini merupakan penyakit turunan di mana molekul gula kompleks diakumulasi dalam jumlah yang berbahaya dalam tubuh. Sebagai akibat dari hal ini, anak mengembangkan penampilan wajah yang khas dan menderita cacat tulang, katarak, penyakit kuning, sirosis, splenomegali, dan cacat intelektual. Individu yang menderita gangguan ini dapat memiliki umur normal jika didiagnosis dan diobati secara dini. Kelalaian selama perawatan bahkan dapat berakibat fatal, karena itu, perawatan yang tepat adalah suatu keharusan.
Ø  Fruktosuria
Fruktosuria merupakan suatu keadaan yang tidak berbahaya, dimana fruktosa dibuang ke dalam air kemih. Fruktosuria disebabkan oleh kekurangan enzim fruktokinase yang sifatnya diturunkan. 1 dari 130.000 penduduk menderita fruktosuria. Fruktosuria tidak menimbulkan gejala, tetapi kadar fruktosa yang tinggi di dalam darah dan air kemih dapat menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan diabetes mellitus. Tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.
Ø  Pentosuria
Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya, yang ditandai dengan ditemukannya gula xylulosa di dalam air kemih karena tubuh tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mengolah xylulosa. Pentosuria hampir selalu hanya ditemukan pada orang Yahudi. Pentosuria tidak menimbulkan masalah kesehatan, tetapi adanya xylulosa dalam air kemih bisa menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan diabetes mellitus. Tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.
Ø  Intoleransi Pada Laktosa (Lactose Intolerance)
Intoleransi Pada Laktosa (Lactose Intolerance) merupakan gangguan pencernaan yang terjadi karena kurang atau tidak adanya enzim lactose.baik primer yang biasanya karena keturunan atau sekunder karena adanya kelainan mukosa usus dan sering ditemukan pada anak-anak/ bayi dengan gejala diare. Lebih dari setengah orang dewasa menderita Intoleransi terhadap lactose. Orang dewasa keturunan kulit hitam dan keturunan Asia kurang mampu menguraikan laktosa dibandingkan keturunan eropa atau kulit putih lainnya. Mekanisme hilangnya enzim lactose belum diketahui dengan jelas tetapi hal ini berkaitan dengan genetic. Penanganannya adalah menghindari makanan yang mengandung laktosa.
Ø  Kekurangan Isomaltase-Sukrosa
Kekurangan enzim ini menyebabkan intoleransi terhadap sukrosa didalam makanan. Penanganannya dilakukan dengan menghindari sukrosa.
Ø  Kerusakan Disakarida Bawaan (Bereditary Defects)
Kekurangan enzim disakaridase menyebabkan intoleransi terhadap disakarida (disaccharide intolerance).



BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dari makalah diatas, maka peulis dapat menyimpulkan bahwa Karbohidrat Dan protein sangatlah penting, terutama bagi pertumbuhan. Disamping itu Karbohidrat dan protein merupakan zat utama dalam membantu tumbuh kembang anak. Sehingga apabila anak cukup asupan Karbohidrat dan  proteinnya, maka anak akan tumbuh sehat, jauh dari gizi kurang dan tidak terjadinya gangguan tumbuh kembang.
Selain itu, Karbohidrat dan protein merupakan penghasil energi terbesar. Dengan adanya Karbohidrat dan protein dalam tubuh, maka tubuh akan merasa tetap segar. Tetapi yang harus diperhatikan asupan protein untuk tubuh haruslah seimbang, tidak boleh kekurangan dan tidak boleh pula kelebihan. Karena kelebihan atau kekurangan asupan protein dapat menimbulkan penyakit, seperti : kwashiorkor, marasmus, dan obesitas.
Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca, untuk dapat memanfaatkan apa yang telah disampaikan dalam makalah ini, guna untuk meningkatkan status gizi di masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang sehat.
3.2    Saran
Karbohidrat sangat diperlukan oleh tubuh, sehingga pasokan karbohidrat yang cukup harus diperhatikan.Karbohidrat dapat diperoleh dari kentang, serealia, madu, buah-buahan ataupun nasi pereduksi. Diharapkan masyarakat atau pun pembaca mau ikut serta menggalakkan program tentang pemberantasan gizi buruk, untuk mencapai Indonesia sehat



Daftar Pustaka

Ganong, William.F. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. EGC: Jakarta
Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry