Saturday, 19 October 2013

Konsep Dasar Pemberian Obat dan Cairan








1.1    Pengerian Pemberian Obat dan Cairan
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Obat yang di gunakan sebaikny a memenuhi  berbagai  standar persyaratan obat,di antaranya  kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya,tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.

1.2    Jenis –Jenis Pemberian Obat dan Cairan
Adapun  Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek  yang diinginkan baik fisik maupun mental. Diantaranya yaitu :

Ø  Oral adalah Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang lama.
Ø  Parenteral adalah Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
Ø  Topical adalah Obat yang diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang diobati  atau medicated baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
Ø  Inhalasi adalah Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorrsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.

1.3    Tujan Pemberian Obat
Tujuan Pemberian Obat yaitu :
Ø  Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
Ø  Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
Ø  Efek samping yang terjadi minimal
Ø  Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

1.4   Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian obat
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian obat, diantaranya :
Ø  Benar Obat
Apabila obat pertama kali di programkan, bandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat bandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Hal ini dilakukan tiga kali yaitu : 1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau almari, 2. Pada saat sejumlah obat yang di programkan dipindahkan dari wadahnya, 3. Sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.

Ø  Benar Dosis
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, risiko kesalahan meningkat.

Ø  Benar Klien atau Pasien
Langkah paling penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut di berikan pada klien yang benar. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, periksa kartu, format atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya.

Ø  Benar Rute Pemberian
Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga, bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.

Ø  Benar  Waktu
Harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah.

Ø  Benar pendokumentasian
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat informasi sesuai dengan obat – obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal serta inisial dan tanda tangan pelaksana pemberi obat.

1.5  Pemberian Dosis Obat
Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang dimaksud dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali, per oral untuk orang dewasa, kalau kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan keterangan yang jelas. Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per injeksi, dan seterusnya.
1.6  Macam-macam Dosis Obat
Macam-macam Dosis Obat  yaitu :
Ø  Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang dapat diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.
Ø  Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum terdapat dalam FI ed III, juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat dalam literatur. Maka DM untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan kebutuhan anak terhadap dosis maksimum dewasa. Pada kompetensi menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan apotekerproses perhitungan dosis lazim menjadi bagian yang sangat penting karena semua bahan obat/ obat harus diperhitungkan Dosis Lazimnya sesuai dengan umur pasien dan dibandingkan dengan dosis obat yang digunakan pasien sesuai resep dokter. Pemakaian/ dosis obat untuk pasien harus tepat atau sesuai dengan Dosis Lazim supaya efek terapi tercapai, jika pada perhitungan dosis ternyata pemakaian obatnya kurang atau lebih dari DL maka harus ditanyakan kepada dokter pembuat resep karena ada banyak hal yang mempengaruhi dosis yang diberikan pada pasien, apabila dokter berkehendak maka resep dapat diracik, sebaliknya jika dokter menghendaki supaya pemakaiannya ditepatkan supaya efek terapi tercapai maka Apoteker/ Asisten Apoteker harus dapat melakukan perhitungan untuk melakukan penyesuaian dosis sehingga jumlah obat akan diganti oleh dokter supaya berefek terapi optimal untu pasien.
Ø  Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita.
Ø  Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita, dosis letalis terdiri dari:
·         LD 50 : takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
·         LD 100 : takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.

1.7  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosisi Obat
Dosis suatu obat merupakan suatu jumlah yang “cukup tidak berlebihan” untuk menghasilkan efek terapeutik obat yang optimum pada seorang pasien tertentu.  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dosis obat yang tepat untuk seorang pasien antara lain:
Ø  Umur
Ø  Berat badan
Ø  Jenis kelamin
Ø  Status patologis
Ø   Toleransi terhadap obat
Ø   Waktu penggunaan obat
Ø   Sifat bentuk sediaan
Ø   Cara penggunaan
Ø    Macam-macam faktor psikologis dan fisiologis.




1.8  Teknik Pemberian Obat

1.8.1   Pemberian Obat Secara Oral
Pemberian obata secara oral adalah memberikan obat melalui mulut. Tujuan Pemberian obat secara oral yaitu :
Ø  Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal.
Ø  Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Ø  Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.

1.8.2   Fokus Perhatianan
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

1.8.3   Persiapan Alat
Alat-alat yang perlu disiapkan yaitu :
Ø  Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat  (bergantung pada sarana yang ada)
Ø  Kartu atau buku rencana pengobatan
Ø   Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Ø   Pemotong obat (jika diperlukan)
Ø   Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
Ø   Gelas pengukur (jika diperlukan)
Ø   Gelas dan air minum
Ø   Sedotan
Ø   Sendok
Ø  Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak




1.8.4         Prosedur Pelaksanaan
Prosedur Pelaksanaan terdiri dari :
Ø  Siapkan peralatan dan cuci tangan.
Ø  Kaji kemampuam klien untuk dapat minum obat/oral (kemempuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum , akan dilakukan pengisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus).
Ø  Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada order pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
Ø  Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat dialmari, rak, atau lemari es sesuai yang diperlukan).
Ø  Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yan diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan tekhnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

1.8.5        Melalui Tablet atau Kapsul
Ada beberapa cara yaitu :
Ø  Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
Ø  Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membegi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
Ø  Jika klien mengalami kesulitan dalam menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
Ø  Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.





1.8.6        Melalui Obat dalam bentuk cair
Ada beberapa cara yaitu :
Ø  Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
Ø  Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
Ø  Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
Ø  Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam magkuk obat berskala.
Ø  Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisue.
Ø  Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengmbilnya dari botol.
Ø   Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar:
Ø  Identifikasi klien dengan tepat.
Ø  Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien.
Ø  Atur posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
Ø  Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu)
Ø   Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernapasan sebelum pemberian narkotik.
Ø   Jika hasil diatas atau dibawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
Ø   Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan perawat. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan institusi.
Ø   Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat sekali pakai kemudian cuci tangan.
Ø  Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat).

1.8.7        Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak yaitu :
Ø  Pilih saran yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak. (mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
Ø   Cairan obat obat oral dengan sedikit air.
Ø   Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan obat lain yang dapaat mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
Ø   Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
Ø    Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
Ø   Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
Ø   Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
Ø  Letakkan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
Ø   Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
Ø  Amankan kepala anak dengan lengan kiri tubuh anda.
Ø  Setelah obat diminum, ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
Ø  Lakukan higiene oral setelah anak-anak meminum obat disertai pemanis.

1.9    Pemberian Obat Secara Sublingual
Pemberian obat secara sublingual yaitu Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis diabsorbsi kedalam pembuluh darah. Pemberian obat secara sublingual memiliki beberapa tujuan yaitu :
Ø  Memperoleh efek local dan sistemik
Ø  Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
Ø  Menghindarikerusakanobatolehhepar
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberipenjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.

1.10        Pemberian Obat Secara Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkannya di antara gusi dengna membrane mukosa pipi. Pemberian obat secara bukal memiliki beberapa tujuan antara lain :
Ø  Memperoleh efek local dan sistemik.
Ø  Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
Ø  Menghindari kerusakan obat oleh hepar.
Secara umum sama dengna pemberian obat dengan cara oral. Akan tetapi, klien perlu diberi penjelasan bahwa obat harus diletakkan di antara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis diabsorbsi.

1.11          Pemberian Obat Secara Epidural
Teknik untuk menghilangkan rasa sakit dengan memasukan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung hingga ke daerah epidural (rongga di bagian tulang belakang). Hal ini dilakukan oleh dokter anestesi. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan diantaranya mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidak percayaan, kesalah fahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
Memodifikasi stimulus nyeri dan menggunakan teknik-teknik seperti teknik latihan pengalihan menonton televisi, berbincang- bincang dengan orang lain, mendengarkan musik. Atau stimulasi kulit dengan menggosok  dengan halus pada daerah yang nyeri, menggosok punggung, menggunakan air hangat dan dingin, memijat dengan air mengalir.



1.12           Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui  vagina, yang bertujuan untuk mendafatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. obat ini tersedia dalam bentuk krem dan supositoria  yang digunakan untuk mengobati  infeksi lokal .

Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø   Sarung tangan
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Kapas sublimat dalam tempatnya.
Ø   Pengalas
Ø   Korentang dalam tempatnya

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Buka pembukus obat dan pegang dengan kain kasa
Ø   Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
Ø   Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
Ø   Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat
Ø   Renggang kan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat  sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5- 10 cm
Ø   Setelah obat masuk,bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
Ø  Anjurkan unutk tetap dalam posisi selama  10 m agar obat bereaksi.
Ø  Cuci tangan
Ø  Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian
1.13          Pemberian Obat Melalui Rectum
Pemberian obat melalui rectum  merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadiakan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat efek local , seperti obat ducolac supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local. Pemberian obat  dengan sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.

Persiapan alat dan bahan terderi dari :
Ø  Obat supositoria pda tempatnya
Ø  Sarung tangan
Ø   Kain kasa
Ø   Vaselin/pelican/pelumas
Ø   Kertas tisu

Prosedur kerja:
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø  B uka pembungkus obat  dan pegang dengan kain kasa
Ø   Oleskan pelican pada ujung obat supositoria
Ø   Regangkan glutea dengan tangan kiri.kemudian masukkan supositoria b perlahan melalui anus,sphincter anal interna, serta mengenai dinding rectal  10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak .
Ø   Setelah selesai, tarik jari  tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu
Ø   Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama  5 menit
Ø   Cuci tangan
Ø  Cata obat, jumlah dosis,  dan cara pemberian .

1.14          Pemberian Obat Melalui Mata
Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.

Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
Ø   Pipet
Ø   Pinset anatomi dalam tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Ø   Sarung tangan
Ø  Air hangat / kapas pelembat.

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
Ø   Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut mata k arah hidung apabila sangat kotor,   basuh dengan air hangat.
Ø   Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di atas tulang orbita.
Ø   Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
Ø   Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
Ø   Tutup mata dengan kasa bila perlu.
Ø  Cuci tangan
Ø  Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

1.15        Pemberian Obat Melalui Hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø  Pipet
Ø   Spekulum hidung
Ø   Pinset anatomi pada tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Prosedur  kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Atur posisi pasien
Ø   Berikan tetesan obat  sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
Ø  Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang  selama  5 m
Ø   Cuci tangan
Ø   Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat

1.16          Pemberian Obat Melalui Inhalasi
Inhalasi adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
Cara memberikan obat dengan inhalasi secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi, yaitu :
Ø  Nebulizer : digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok digunakan untuk anak-anak, usila, dan mereka yang mengalami serangan asma parah. Ada dua jenis nebulizer berupa kompresor dan ultrasonik. Ini sangat mudah digunakan, karena pasien cukup bernafas seperti biasa dan kabut obat akan terhirup habis tidak lebih dari 10 menit.
Ø  MDI Metered Dose Inhaler) : spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap akan berkurang. Hal ini mengurangi  pengendapan orofaring (saluran nafas atas). penggunaan spacer ini sangat berguna pada anak".
Ø  DPI (Dry Powder Inhaler) : penggunaan DPI memerlukan hirupan yang sangat kuat. Pada anak yang kecil , hal ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar penggunaan obat bentuk ini dapat lebih mudah dilakukan, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak diatas 5 tahun .

1.17          Pemberian Obat Melalui Telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat  berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi  telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan  :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø  Penetes
Ø   Spekulum telinga
Ø   Pinset anatomi dalam tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kai n kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan

Prosedur  kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur  yang akan dilakukan
Ø  Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
Ø  Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke belekang pada orng dewasa dan k bawah pada anak
Ø   Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
Ø  Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang telinga
Ø   Pertahankan posisi kepala  2-3m
Ø   Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
Ø   Cuci tangan
Ø  Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

1.18          Pemberian Obat melalui Kulit
Pemberian obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya  dikulit yang bertujuan mempertahan kan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau  mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krem, losion, aerosol dan seprai.
Persiapan alat dan bahan :
Ø  Obat dalam tempatnya (seperti krem, losion, aerosol, dan seprai)
Ø  Pinset anatomis
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Ø   Pengalas
Ø   Air sabun, air hangat
Ø   Sarung tangan

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelasjan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras ) dan gunakan pinst anatomis.
Ø  Beriakan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mongelkan dan menggompers 
Ø  Kalau perlu,tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati
Ø   Cuci tangan

1.19        Komplikasi dan Kesalahan dalam Pemberian Obat
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam pelaporan. Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat

Artikel Terkait

Konsep Dasar Pemberian Obat dan Cairan
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email