Monday, 21 October 2013

Penjahitan Luka Episiotomi




Penjahitan ruptura perineum merupakan tindakan yang sering dilakukan setelah episiotomi atau setelah persalinan. Penjahitan yang efektif memerlukan pengetahuan anatomi dan pemahaman teknik penjahitan. Terdapat beberapa tingkatan laserasi perineum tergantung kedalamannya dan jaringan pada perineum yang terlibat. Menghindari episiotomi rutin dan dan persalinan dengan ekstraksi forceps dapat mengurangi terjadinya ruptur perineum yang berat. Robekan perineum adalah laseri disekitar jaringan perineum yang terjadi selama kelahiran bayi di kala II persalinan.

1.1  Jenis Robekan Perineum
Robekan perineum diklasifikasikan menurut luasnya jaringan dan sruktur yang rusak, antara lain :
a.       Derajat I : Struktur yang rusak antara lain :
Ø  Mukosa Vagina
Ø  Forchete posterior
Ø  Kulit perineum

b.      Derajat II : laserasi terjadi pada :
Ø  Mukosa Vagina
Ø  Forchete posterior
Ø  Kulit perineum
Ø  Otot perineum

c.       Derajat III : Laserasi yang luas, sampai sfingter ani
Ø  3a. < 50 % ketebalan sfingter ani
Ø  3b. > 50 % ketebalan sfingter ani
Ø  3c. Hingga sfingter ani

d.      Derajat IV : Laserasi yang ekstrim dan luas, meliputi :
Ø  Mukosa vagina
Ø  Forchete posterior
Ø  Kulit perineum
Ø  Otot perineum
Ø  Otot sfingter ani
Ø  Dinding depan rektum
1.2  Infiltrasi Lokal / Anestesi
Infiltrasi lokal digunakan ketika anestesi diperlukan untuk memperbaiki laserasi atau episiotomi jika anestesi sebelum persalinan telah habis, blok pudendal setelah persalinan gagal, atau infiltrasi local merupakan jenis yang dipilih. Kerugian utama dari infiltrasi lokal untuk perbaikan laserasi adalah mengganggu jaringan, sehingga membuat perkiraan atau penentuan ketebalan jahitan lebih sulit.
Ukuran, panjang jarum dan jumlah anestesi yang digunakan tergantung pada laserasi. Jarum ukuran 22 dengan panjang 1 ½ inci baik digunakan untuk infiltrasi. Bagaimanapun, ukuran jarum yang lebih kecil sebaiknya digunakan untuk laserasi yang lebih kecil dan area yang lebih sensitive. Sebagai contoh, jarum ukuran 25 dan panjang 1 inci, dapat menjadi pilihan untuk menganestesi laserasi klitoris.
Teknik infiltrasi lokal adalah dengan memasukkan ujung jarum pada ujung atau sudut laserasi dan kemudian menjalankannya sepanjang luka atau sepanjang garis dimana jahitan akan dibuat. Kemudian setelah aspirasi, obat anestesi diinjeksikan ketika jarum ditarik ke titik pemasukan. Injeksi obat dihentikan ketika jarum diarahkan kembali disepanjang garis jahitan yang akan dibuat, dan proses diulang sampai seluruh area yang mungkin terasa sakit teranestesi.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm. Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bias digunakan, tapi jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang membutuhkan anestesi. Obat standar untuk anestesi local adalah 1 % lidokain tanpa epinefrin. Jika lidokain 1 % tidak tersedia, gunakan lidokain 2 % yang dilarutkan dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1 : 1.

1.3    Prinsip – Prinsip Penjahitan Ruptur Perineum
Klasifikasi ruptur perineum terdiri dari derajat satu sampai dengan empat tergantung derajat kedalamannya. Pemeriksaan colok dubur dapat membantu dalam menentukan luasnya kerusakan dan memastikan bahwa laserasi tingkat 3 dan 4 yang tidak terdeteksi dapat terlihat.
            Tujuan menjahit laserasi atau episiotomy adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan atau hemostasis.
            Penjahitan ruptur perineum membutuhkan aproksimasi dari jaringan vagina, otot perineum dan kulit perineum. Dalam melakukan penjahitan ruptur perineum diperlukan cahaya dan visualisasi yang baik, peralatan yang tepat, jenis benang dan anestesi yang adekuat. Dari penelitian klinik didapatkan bahwa penggunaan benang catgut atau chromic catgut akan mengurangi kejadian luka terbuka dan nyeri perineum pasca salin.
Perbaikan episiotomi atau laserasi harus seartistik mungkin yang dapat dilakukan. Penjahitan yang “artistik” adalah perbaikan yang dilakukan memberi perhatian khusus untuk hasil yang bukan hanya bermanfaat dari aspek fungsi, tetapi juga sisi kosmetik.
            Semua penjahitan harus memiliki hasil fungsional yang baik. Penjahitan harus memulihkan struktur organ pelvis dan menopang organ-organ pelvis. Di samping itu harus ada control defekasi dan tonus sfingter yang baik ketika sfingter ani eksterna mengalami kerusakan. Hasil fungsional yang baik tidak menimbulkan masalah-masalah seperti, tidak membentuk fistula sehingga membuat saluran di antara orifisium, tidak menimbulkan masalah seksual dengan menempatkan jahitan di cincin hymen, tidak merapatkan jaringan secara anatomis, atau menyatukan kembali otot bulbokavernosus terlalu ketat – semua ini dapat menyebabkan dispareunia.
            Aspek artistik berkaitan dengan hasil kosmetik. Hasil kosmetik adalah penting karena episiotomi dan laserasi merupaka serangan fisik terhadap tubuh wanita. Perbaikan yang sempurna menghasilkan jaringan parut selebar helaian rambut dan semua aspek perineum berada pada kesejajaran anatomi yang akurat tanpa keriput, lipatan kecil, atau tepi kulit yang saling tumpang tindih.
            Anestesi yang adekuat adalah prasyarat yang esensial untuk penjahitan episiotomi atau laserasi. Area penjahitan sensitive secara fisik dan wanita cenderung secara psikologis peka terhadap prosedur. Anda perlu mengenali dan menghormati kepekaan ini yang dibuktikan dengan sikap peduli dan mengupyakan wanita tidak merasa nyeri selama penjahitan. Infiltrasi local untuk penjahitan akan memberi efek anestesi yang adekuat. Anda harus menginformasikan wanita untuk membedakan antara tekanan dan nyeri karena ia mungkin merasakan tekanan tetapi tidak merasakan nyeri.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan :
Ø  Patuhi teknik aseptik dengan cermat. Mengganti sarung tangan jika diperlukan. Mengatur posisi kain steril di area rectum dan di bawahnya, untuk mengupayakan area yang tidak terkontaminasi jika benang jatuh ke area tersebut.
Ø  Pencegahan trauma lebih lanjut yang tidak perlu pada jaringan insisi.
a.       Penggunaan jarum bermata (berlubang) yang menggunakan dua helai benang menembus jaringan, sedangkan tersedia jarum tanpa mata atau jarum swage-on yang menarik sehelai benang menembus jaringan.

b.      Penggunaan benang dan jarum dengan ukuran lebih besar daripada yang diperlukan.
·         catgut kromik 4-0 digunakan untuk perbaikan dinding anterior rectum pada laserasi derajat empat, perbaikan laserasi klitoris
·         catgut kromik 3-0 digunakan untuk perbaikan mukosa vagina, jahitan subkutan, jahitan subkutikular, dan perbaikan laserasi periuretra.
·         catgut kromik 2-0 digunakan untuk perbaikan sfingter ani eksterna, perbaikan laserasi serviks, perbaikan laserasi dinding vagina lateral, dan jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvis.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih ukuran diameter benang adalah bahwa otot memerlukan benang yang lebih kuat. Semakin besar nomornya, benang semakin halus dan semakin kecil nomornya, semakin berat benang dan semakin kuat tegangan benang.
Ukuran dan tipe jarum yang biasa digunakan adalah jarum jahit umum (General Closure), swage-on (terpasang benang).
    1. Penggunaan jarum traumatik yang tidak tepat, bukan jarum bundar atraumatik. Jarum ini berbentuk segitiga dan setiap sisinya memiliki sisi pemotong. Banyak klinisi yakin baha jarum potong tidak dibutuhkan untuk prosedur penjahitan. Mereka lebih memilih jarum bundar yang memiliki titik runcing dan akan melewati jaringan lunak dengan mudah dan dengan trauma yang lebih sedikit. Apabila menggunakan jarum bundar akan lebih sedikit kemungkinan untuk menusuk atau menyebabkan laserasi pembuluh darah.
    2. Jumlah pungsi jarum yang berlebihan yang tidak perlu terjadi, dapat disebabkan oleh :
Ø  Penempatan jahitan yang salah sehingga perlu diangkat dan dijahit lagi.
Ø  Terlalu banyak jahitan, terlalu rapat. Terlalu banyak jahitan juga berarti jumlah benang yang berlebihan di dalam luka, yang mempelambat proses penyembuhan dengan menyebabkan reaksi inflamasi terhadap benda asing.anda harus merencanakan dengan cermat prosedur penjahitan sebelum mulai menusukkan jarum ke wanita.
    1. Strangulasi jaringan karena jahitan yang terlalu ketat. Strangulasi jaringan mengurangi kekuatan jaringan dan, jika jahitan terlalu ketat menyebabkan sirkulasi tidak adekuat bahkan dapat menyebabkan jaringan lepas.
    2. Tindakan berulang membersihkan dan menyentuh luka yang tidak perlu. Tindakan ini dapat menyebabkan trauma lebih lanjut dan mengganggu pembekuan darah, terutama jika menggunakan spons untuk menggosok-gosok, bukan untuk menyerap.
    3. Penggunaan instrument yang merusak jaringan.
  1. Angkat bekuan-bekuan darah sebelum penjahitan luka. Apabila bekuan darah ikut tejahit dapat menjadi tempat untuk pertumbuhan bakteri, reaksi inflamasi, dan kerusakan jaringan serta menggagalkan proses perbaikan.
  2. Pastikan hemostasis yang terlihat sebelum menjahit luka. Hal ini menghindari pembentukan hematoma yang secara keseluruhan dapat mengganggu proses perbaikan yang disertai infeksi dan kerusakan jaringan serta kegagalan perbaikan.
  3. Penyatuan jaringan yang akurat, menutup semua kemungkinan adanya ruang sisa. Ruang sisa telah melemahkan kemampuan penyembuhan jaringan. Selain itu juga menyebabkan timbulnya suatu titik yang tidak menghasilkan tekanan, yang kondusif untuk pembentukan hematoma, juga dapat menjadi fokus pertumbuhan bakteri dan infeksi. Simpul harus cukup pas untuk memastikan perlekatan, tetapi tidak ketat, yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan.

Benang yang sering digunakan untuk memperbaiki episitomi dan laserasi adalah catgut kromik. Catgut adalah benang yang dapat diserap karena terbuat dari jaringan binatang (usus sapi) dan terutama terdiri dari kolagen. Kolagen adalh suatu protein asing dalam tubuh manusia dan terurai oleh kerja enzim pencernaan (proteolisis). Catgut kromik adalah benang catgut yang telah dikombinasi dengan garam-garaman krom. Fungsi garam-garam krom ini adalah menunda proses proteolisis yang menyebabkan catgut diabsorpsi, sehingga memperpanjang waktu agar benang dapat dipertahankan dalam jaringan bersama-sama selama proses penyembuhan. Catgut akan diabsorpsi kurang lebih dalam 1 minggu dan akan mulai kehilangan kekuatannya dalam 3 hari. Catgut kromik menunda absorpsi selama 10 sampai 40 hari, dan umumnya dapat mempertahankan kekuatannya selama 2 sampai 3 minggu. Hal ini dapat menyokong luka dengan periode waktu yang lebih lama sementara luka tersebut mengalami proses penyembuhan.
Catgut memiliki kerugian, menyebabkan reaksi peradangan jaringan yang mencolok. Hal ini dapat menyebabkan edema, yang menyebabkan ketegangan pada benang dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Akibatnya terbentuk jaringan parut yang berlebihan.
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum penjahitan luka perineum :
Ø  Mengukur kedalaman luka sebelum penjahitan sehingga dapat diidentifikasi kedalaman sebenarnya yang perlu diperbaiki di bawah lapisan mukosa.
Ø  memulai setiap garis benang sekurang-kurangnya 1 cm melebihi apeks luka agar dapat mencakup setiap pembuluh darah yang diretraksi.


1.4  Penjahitan Ruptur Perineum Tingkat II
Bagian apeks vagina yang mengalami laserasi diidentifikasi. Dibuat jahitan kira-kira 1 cm diatas apeks laserasi, kemudian mukosa vagina dan fascia rektrovagina dibawahnya dijahit jelujur.
Penjahitan harus mengikutsertakan fascia rektrovagina, dimana fascia ini jaringan yang berfungsi menyokong bagian posterior dari vagina. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu kebawah cicin hymen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi.
Teruskan kearah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan, menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina.
Keuntungan-keuntungan Teknik Penjahitan Jelujur :
Ø  Mudah dipelajari dan cepat
Ø  Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
Ø  Menggunakan lebih sedikit jahitan

Sunday, 20 October 2013

Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Kebidanan



1.  Merawat Luka

Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

Merawat luka terdiri dari :
ØMengganti balutan kering
ØMengganti balutan basah ke kering
ØIrigasi luka
ØPerawatan dekubitus

Tujuan Merawat luka yaitu :
Ø  Menjaga luka dari trauma
Ø  Immobilisasi luka
Ø  Mencegah perdarahan
Ø  Mencegah kontaminasi oleh kuman
Ø  Mengabsorbsi drainase
Ø  Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
Indikasi Merawat Luka yaitu :
Ø  Balutan kotor dan basah akibat eksternal
Ø  Ada rembesan eksudat
Ø  Ingin mengkaji keadaan luka
Ø  Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan nekrotik.




2.  Mengganti Balutan Kering atau Luka Jahit Post Operasi
Tujuan mengganti Balutan kering atau luka jahit post operasi yaitu agar Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Indikasi Mengganti Balutan Kering atau Luka Jahit Post Opersi
Ø  Untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
Hal yang Perlu Diperhatikan :
Ø  Saat melepaskan atau memasang balutan, perhatikan untuk tidak mengubah posisi atau menarik drain.
Ø  Bila luka kering dan utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan pemaparannya pada udara. Hubungi dokter untuk instruksi
Penyuluhan Klien :
Klien sering plg dengan balutan yg mengering. Klien/ klg harus diinstruksikan ttg teknik mencuci tangan, pembersihan luka, dan pembuangan balutan kotor yg tepat.
Pertimbangan Pediatri :
Perawat/bidan memasukkan aktifitas bermain anak dalam rencana perawatannya, agar anak tidak membuka balutannya.
Pertimbangan Geriatri :
Lakukan perawatan khusus ketika membuka plester, karena kulit lansia yang tidak elastis dan tipis.



3  Mengganti Balutan Basah ke Kering
Mengganti balutan basah ke kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan deridemen.

Indikasi Mengganti Balutan Basah ke Kering :
Ø  Luka bersih terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridemen.
Tujuan Mengganti Balutan Basah ke Kering :
Ø  Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
Ø  Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
Ø  Membantu menarik kelembaban dari luar ke dalam balutan

4  Irigasi Luka
Irigasi Luka adalah tindakan pembersihan secara mekanis dengan larutan isotonic atau pengangkatan fisik terhadap jaringan debris, benda asing atau eksudat dengan kassa atau spuit.

Tujuan Irigasi Luka :
Ø  Menghilangkan eksudat dan debris, benda asing dari luka yang lambat sembuh
Ø  Memberikan panas pada area yang sakit
Ø  Untuk meningkatkan penyembuhan atau memudahkan pengolesan obat luka. 

Saturday, 19 October 2013

Konsep Dasar Pemberian Obat dan Cairan








1.1    Pengerian Pemberian Obat dan Cairan
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Obat yang di gunakan sebaikny a memenuhi  berbagai  standar persyaratan obat,di antaranya  kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya,tidak ada percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.

1.2    Jenis –Jenis Pemberian Obat dan Cairan
Adapun  Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek  yang diinginkan baik fisik maupun mental. Diantaranya yaitu :

Ø  Oral adalah Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang lama.
Ø  Parenteral adalah Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
Ø  Topical adalah Obat yang diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang diobati  atau medicated baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
Ø  Inhalasi adalah Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorrsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.

1.3    Tujan Pemberian Obat
Tujuan Pemberian Obat yaitu :
Ø  Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
Ø  Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
Ø  Efek samping yang terjadi minimal
Ø  Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

1.4   Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian obat
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian obat, diantaranya :
Ø  Benar Obat
Apabila obat pertama kali di programkan, bandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat bandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Hal ini dilakukan tiga kali yaitu : 1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau almari, 2. Pada saat sejumlah obat yang di programkan dipindahkan dari wadahnya, 3. Sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.

Ø  Benar Dosis
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, risiko kesalahan meningkat.

Ø  Benar Klien atau Pasien
Langkah paling penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut di berikan pada klien yang benar. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, periksa kartu, format atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya.

Ø  Benar Rute Pemberian
Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga, bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.

Ø  Benar  Waktu
Harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah.

Ø  Benar pendokumentasian
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat informasi sesuai dengan obat – obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal serta inisial dan tanda tangan pelaksana pemberi obat.

1.5  Pemberian Dosis Obat
Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang dimaksud dosis suatu obat adalah dosis pemakaian sekali, per oral untuk orang dewasa, kalau kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan keterangan yang jelas. Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per injeksi, dan seterusnya.
1.6  Macam-macam Dosis Obat
Macam-macam Dosis Obat  yaitu :
Ø  Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang dapat diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.
Ø  Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum terdapat dalam FI ed III, juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat dalam literatur. Maka DM untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan kebutuhan anak terhadap dosis maksimum dewasa. Pada kompetensi menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan apotekerproses perhitungan dosis lazim menjadi bagian yang sangat penting karena semua bahan obat/ obat harus diperhitungkan Dosis Lazimnya sesuai dengan umur pasien dan dibandingkan dengan dosis obat yang digunakan pasien sesuai resep dokter. Pemakaian/ dosis obat untuk pasien harus tepat atau sesuai dengan Dosis Lazim supaya efek terapi tercapai, jika pada perhitungan dosis ternyata pemakaian obatnya kurang atau lebih dari DL maka harus ditanyakan kepada dokter pembuat resep karena ada banyak hal yang mempengaruhi dosis yang diberikan pada pasien, apabila dokter berkehendak maka resep dapat diracik, sebaliknya jika dokter menghendaki supaya pemakaiannya ditepatkan supaya efek terapi tercapai maka Apoteker/ Asisten Apoteker harus dapat melakukan perhitungan untuk melakukan penyesuaian dosis sehingga jumlah obat akan diganti oleh dokter supaya berefek terapi optimal untu pasien.
Ø  Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita.
Ø  Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita, dosis letalis terdiri dari:
·         LD 50 : takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.
·         LD 100 : takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.

1.7  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosisi Obat
Dosis suatu obat merupakan suatu jumlah yang “cukup tidak berlebihan” untuk menghasilkan efek terapeutik obat yang optimum pada seorang pasien tertentu.  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dosis obat yang tepat untuk seorang pasien antara lain:
Ø  Umur
Ø  Berat badan
Ø  Jenis kelamin
Ø  Status patologis
Ø   Toleransi terhadap obat
Ø   Waktu penggunaan obat
Ø   Sifat bentuk sediaan
Ø   Cara penggunaan
Ø    Macam-macam faktor psikologis dan fisiologis.




1.8  Teknik Pemberian Obat

1.8.1   Pemberian Obat Secara Oral
Pemberian obata secara oral adalah memberikan obat melalui mulut. Tujuan Pemberian obat secara oral yaitu :
Ø  Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal.
Ø  Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Ø  Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.

1.8.2   Fokus Perhatianan
Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

1.8.3   Persiapan Alat
Alat-alat yang perlu disiapkan yaitu :
Ø  Baki berisi obat-obatan atau kereta dorong obat  (bergantung pada sarana yang ada)
Ø  Kartu atau buku rencana pengobatan
Ø   Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Ø   Pemotong obat (jika diperlukan)
Ø   Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)
Ø   Gelas pengukur (jika diperlukan)
Ø   Gelas dan air minum
Ø   Sedotan
Ø   Sendok
Ø  Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak




1.8.4         Prosedur Pelaksanaan
Prosedur Pelaksanaan terdiri dari :
Ø  Siapkan peralatan dan cuci tangan.
Ø  Kaji kemampuam klien untuk dapat minum obat/oral (kemempuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum , akan dilakukan pengisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus).
Ø  Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kedaluwarsa obat. Jika ada keraguan pada order pengobatan, laporkan pada perawat berwenang atau dokter sesuai dengan kebijakan masing-masing institusi.
Ø  Ambil obat sesuai keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat dialmari, rak, atau lemari es sesuai yang diperlukan).
Ø  Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yan diperlukan tanpa mengontaminasi obat (gunakan tekhnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

1.8.5        Melalui Tablet atau Kapsul
Ada beberapa cara yaitu :
Ø  Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
Ø  Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membegi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
Ø  Jika klien mengalami kesulitan dalam menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
Ø  Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya.





1.8.6        Melalui Obat dalam bentuk cair
Ada beberapa cara yaitu :
Ø  Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
Ø  Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
Ø  Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
Ø  Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam magkuk obat berskala.
Ø  Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisue.
Ø  Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengmbilnya dari botol.
Ø   Berikan obat pada waktu dan dengan cara yang benar:
Ø  Identifikasi klien dengan tepat.
Ø  Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien.
Ø  Atur posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral.
Ø  Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu)
Ø   Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi, ukur frekuensi pernapasan sebelum pemberian narkotik.
Ø   Jika hasil diatas atau dibawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
Ø   Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan perawat. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya tindakan perawat yang sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan institusi.
Ø   Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar. Buang alat-alat sekali pakai kemudian cuci tangan.
Ø  Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat).

1.8.7        Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak yaitu :
Ø  Pilih saran yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak. (mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum, atau spuit tuberkulin).
Ø   Cairan obat obat oral dengan sedikit air.
Ø   Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan obat lain yang dapaat mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
Ø   Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan.
Ø    Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
Ø   Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagaimana memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
Ø   Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
Ø  Letakkan anak di atas pangkuan anda dengan tangan kanan di belakang tubuh anda.
Ø   Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
Ø  Amankan kepala anak dengan lengan kiri tubuh anda.
Ø  Setelah obat diminum, ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
Ø  Lakukan higiene oral setelah anak-anak meminum obat disertai pemanis.

1.9    Pemberian Obat Secara Sublingual
Pemberian obat secara sublingual yaitu Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis diabsorbsi kedalam pembuluh darah. Pemberian obat secara sublingual memiliki beberapa tujuan yaitu :
Ø  Memperoleh efek local dan sistemik
Ø  Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
Ø  Menghindarikerusakanobatolehhepar
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberipenjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada dibawah lidah sampai habis di absobsi seluruhnya.

1.10        Pemberian Obat Secara Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkannya di antara gusi dengna membrane mukosa pipi. Pemberian obat secara bukal memiliki beberapa tujuan antara lain :
Ø  Memperoleh efek local dan sistemik.
Ø  Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
Ø  Menghindari kerusakan obat oleh hepar.
Secara umum sama dengna pemberian obat dengan cara oral. Akan tetapi, klien perlu diberi penjelasan bahwa obat harus diletakkan di antara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis diabsorbsi.

1.11          Pemberian Obat Secara Epidural
Teknik untuk menghilangkan rasa sakit dengan memasukan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung hingga ke daerah epidural (rongga di bagian tulang belakang). Hal ini dilakukan oleh dokter anestesi. Manajemen nyeri yang dapat dilakukan oleh bidan diantaranya mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya ketidak percayaan, kesalah fahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
Memodifikasi stimulus nyeri dan menggunakan teknik-teknik seperti teknik latihan pengalihan menonton televisi, berbincang- bincang dengan orang lain, mendengarkan musik. Atau stimulasi kulit dengan menggosok  dengan halus pada daerah yang nyeri, menggosok punggung, menggunakan air hangat dan dingin, memijat dengan air mengalir.



1.12           Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui  vagina, yang bertujuan untuk mendafatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. obat ini tersedia dalam bentuk krem dan supositoria  yang digunakan untuk mengobati  infeksi lokal .

Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø   Sarung tangan
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Kapas sublimat dalam tempatnya.
Ø   Pengalas
Ø   Korentang dalam tempatnya

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Buka pembukus obat dan pegang dengan kain kasa
Ø   Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
Ø   Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
Ø   Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat
Ø   Renggang kan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat  sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5- 10 cm
Ø   Setelah obat masuk,bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
Ø  Anjurkan unutk tetap dalam posisi selama  10 m agar obat bereaksi.
Ø  Cuci tangan
Ø  Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian
1.13          Pemberian Obat Melalui Rectum
Pemberian obat melalui rectum  merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadiakan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat efek local , seperti obat ducolac supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local. Pemberian obat  dengan sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.

Persiapan alat dan bahan terderi dari :
Ø  Obat supositoria pda tempatnya
Ø  Sarung tangan
Ø   Kain kasa
Ø   Vaselin/pelican/pelumas
Ø   Kertas tisu

Prosedur kerja:
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø  B uka pembungkus obat  dan pegang dengan kain kasa
Ø   Oleskan pelican pada ujung obat supositoria
Ø   Regangkan glutea dengan tangan kiri.kemudian masukkan supositoria b perlahan melalui anus,sphincter anal interna, serta mengenai dinding rectal  10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak .
Ø   Setelah selesai, tarik jari  tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu
Ø   Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama  5 menit
Ø   Cuci tangan
Ø  Cata obat, jumlah dosis,  dan cara pemberian .

1.14          Pemberian Obat Melalui Mata
Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.

Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
Ø   Pipet
Ø   Pinset anatomi dalam tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Ø   Sarung tangan
Ø  Air hangat / kapas pelembat.

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
Ø   Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut mata k arah hidung apabila sangat kotor,   basuh dengan air hangat.
Ø   Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di atas tulang orbita.
Ø   Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
Ø   Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
Ø   Tutup mata dengan kasa bila perlu.
Ø  Cuci tangan
Ø  Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

1.15        Pemberian Obat Melalui Hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan terdiri dari :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø  Pipet
Ø   Spekulum hidung
Ø   Pinset anatomi pada tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Prosedur  kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Atur posisi pasien
Ø   Berikan tetesan obat  sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
Ø  Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang  selama  5 m
Ø   Cuci tangan
Ø   Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat

1.16          Pemberian Obat Melalui Inhalasi
Inhalasi adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
Cara memberikan obat dengan inhalasi secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi, yaitu :
Ø  Nebulizer : digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok digunakan untuk anak-anak, usila, dan mereka yang mengalami serangan asma parah. Ada dua jenis nebulizer berupa kompresor dan ultrasonik. Ini sangat mudah digunakan, karena pasien cukup bernafas seperti biasa dan kabut obat akan terhirup habis tidak lebih dari 10 menit.
Ø  MDI Metered Dose Inhaler) : spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap akan berkurang. Hal ini mengurangi  pengendapan orofaring (saluran nafas atas). penggunaan spacer ini sangat berguna pada anak".
Ø  DPI (Dry Powder Inhaler) : penggunaan DPI memerlukan hirupan yang sangat kuat. Pada anak yang kecil , hal ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar penggunaan obat bentuk ini dapat lebih mudah dilakukan, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak diatas 5 tahun .

1.17          Pemberian Obat Melalui Telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat  berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi  telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan  :
Ø  Obat dalam tempatnya
Ø  Penetes
Ø   Spekulum telinga
Ø   Pinset anatomi dalam tempatnya
Ø   Korentang dalam tempatnya
Ø   Plester
Ø   Kai n kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan

Prosedur  kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø  Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur  yang akan dilakukan
Ø  Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
Ø  Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke belekang pada orng dewasa dan k bawah pada anak
Ø   Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
Ø  Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang telinga
Ø   Pertahankan posisi kepala  2-3m
Ø   Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
Ø   Cuci tangan
Ø  Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

1.18          Pemberian Obat melalui Kulit
Pemberian obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya  dikulit yang bertujuan mempertahan kan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau  mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krem, losion, aerosol dan seprai.
Persiapan alat dan bahan :
Ø  Obat dalam tempatnya (seperti krem, losion, aerosol, dan seprai)
Ø  Pinset anatomis
Ø   Kain kasa
Ø   Kertas tisu
Ø   Balutan
Ø   Pengalas
Ø   Air sabun, air hangat
Ø   Sarung tangan

Prosedur kerja :
Ø  Cuci tangan
Ø   Jelasjan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Ø   Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan
Ø   Gunakan sarung tangan
Ø   Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras ) dan gunakan pinst anatomis.
Ø  Beriakan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mongelkan dan menggompers 
Ø  Kalau perlu,tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati
Ø   Cuci tangan

1.19        Komplikasi dan Kesalahan dalam Pemberian Obat
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam pelaporan. Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat